
Saya ditanya seseorang yang menghampiri saat saya harus mengganti ban mobil yang tiba-tiba bocor kena paku jebakan. Semula saya pikir orang itu akan bersenang hati membantu mengganti ban mobil. Ternyata dia hanya mendekat dan memandangi saya yang membuka sekrup. Tiba-tiba dia lontarkan kalimat : " Bapak orang sukses yaa ..... dasinya bagus ...... Enak yaa Pak, mobilnya bagus .......... , kalau ban bocor, seperti ini ..... , apakah Bapak juga bahagia ?''
Saya terpaksa berhenti sejenak, sekrup-sekrup itu masih melekat pada bautnya. " Maksud Anda apa ?" nada saya pun tinggi, seraya mendongak kearahnya. Orang sedang kesulitan, berkomentar macam-macam, gerutu saya dalam hati. Saya coba menekan emosi dan bersabar, lalu meneruskan ganti ban dengan hati damai.
Dalam perjalanan selanjutnya, saya teringat kembali ucapan orang tak saya kenal tadi. Saya heran, kenapa emosi saya sempat tersengat oleh ucapannya. Ada dua kata yang jadi pertanyaan saya : dia hubungkan kata "sukses" dan kata "bahagia".
Timbul pertanyaan di benak saya, pertama : Apakah saya tergolong orang sukses ? Kedua : Apakah saya tergolong orang bahagia ?
Lalu apakah ada standar ukuran "sukses" dan "Bahagia" ?
Orang tadi bisa menyebut saya seorang yang sukses, mungkin karena saya berpakaian rapi dan berdasi ... atau kilau kendaraan yang saya kendarai. Bagaimana dengan Bob Sadino yang lebih gemar bercelana pendek, atau pedagang bakso yang selalu lewat di depan rumah dengan ceria meneriakan dagangannya ?
Orang tadi mempertanyakan apakah saya bahagia, di saat saya kerepotan mengganti ban bocor ? Mungkin ekspresi wajah saat itu mewartakan ketidak bahagiaan. Kalau saja orang tadi, melihat gaya dan cara saya yang berapi-api dihadapan peserta training, kira-kira komentarnya apa? Demikian juga ekspresi saya saat membuka M-Banking di handphone.

Jadi apakah penilaian sukses dan bahagia harus ditentukan orang lain, mungkin bisa saja penilaian itu mempengaruhi perasaan saya. Tetapi alangkah sulitnya menyatakan diri pada diri sendiri bahwa saya sukses , bahwa saya bahagia -atau- kebalikannya.
Apa benar tujuan hidup itu "sukses" dan "bahagia". Timbul pertanyaan lagi

Semoga Bermanfaat
Romy Hidayat
Twitter: @Romy_psy
1 komentar:
Pak Romy , terima kasih telah merepos tulisan saya
Tulisan saya yang lain dapat dibaca di:
soetiyastoko.kompasiana
com
suarailmu.site
DikToko.blogspot.com
Posting Komentar